Minimum Essential Force (MEF) merupakan amanat pembangunan nasional bidang pertahanan dan keamanan yang telah ditetapkan dalam RPJPN 2010-2014 sesuai Peraturan Presiden No.5 tahun 2010. "Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Mabes TNI diminta terus meningkatkan postur pertahanan guna menghadapi kompleksitas ancaman di masa mendatang. Harapan di 2020 untuk pertahanan negara adalah meneruskan program minimum essential force (MEF) 2020-2024 sesuai dengan tahapan yang sudah berjalan selama ini,” kata pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati, Selasa (31/12/2019).
Dengan memanfaatkan hasil kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ke Turki dan China maka terbuka peluang akselerasi di dalam pemenuhan kebutuhan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI. ”Berbagai sistem persenjataan yang ditawarkan kedua negara dinilai cukup proporsional dalam mewujudkan Network Centric Warfare sebagaimana yang telah dicanangkan Panglima TNI selama ini,” kata perempuan yang diakrab dsapa Nuning kepada SINDOnews.
Nuning menilai, program MEF 2020-2024 yang diintegrasikan ke dalam Network Centric Warfare merupakan sistem pertahanan negara yang jauh lebih efektif dan efisien. ”Rencana pemenuhan alutsista TNI lima tahun mendatang patut disambut baik mengingat organisasi TNI yang baru telah disahkan melalui Perpres Nomor 66 Tahun 2019,” ujarnya.
Di sisi lain, mantan anggota Komisi I DPR ini memandang, penggelaran kekuatan TNI di Indonesia bagian timur menjadi perhatian pemerintah dengan konsentrasi penyelesaian separatisme Papua. Kondisi keamanan di Papua juga dapat dinilai sebagai tolok ukur keberhasilan TNI di dalam melaksanakan operasi militer selain perang (OMSP) sebagaimana dimuat dalam UU TNI dan RUU Perbantuan TNI.
”Dari data-data intelijen beberapa tahun terakhir, maka TNI diharapkan lebih aktif lagi di dalam mewujudkan stabilitas keamanan regional. TNI harus menunjukkan leadership di antara militer negara-negara anggota ASEAN. TNI dapat menyusun program aksi keamanan regional sesuai dengan ASEAN Political-Security Community yang telah dicanangkan sejak 2015,” katanya.
Nuning menambahkan, kawasan perairan Laut Sulu yang berada di antara Indonesia-Filipina-Malaysia dapat menjadi fokus TNI di dalam menunjukkan leadership di ASEAN. ”Dengan mewujudkan ketahanan regional, maka otomatis TNI juga dapat mewujudkan ketahanan nasional,” katanya.
Bukan hanya itu, perkembangan teknologi militer seiring dengan Revolusi Industri 4.0. menuntut Kemhan dan Mabes TNI untuk lebih berinovasi menciptakan taktik peperangan dan strategi tempur yang lebih baik dan sesuai dengan alutsista yang dimiliki. ”Doktrin pertahanan negara dan doktrin TNI harus dikembangkan lagi sehingga TNI mampu menjalankan tugas yang diemban dengan lebih optimal,” katanya.
SUMBER : iNews
Dengan memanfaatkan hasil kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ke Turki dan China maka terbuka peluang akselerasi di dalam pemenuhan kebutuhan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI. ”Berbagai sistem persenjataan yang ditawarkan kedua negara dinilai cukup proporsional dalam mewujudkan Network Centric Warfare sebagaimana yang telah dicanangkan Panglima TNI selama ini,” kata perempuan yang diakrab dsapa Nuning kepada SINDOnews.
Nuning menilai, program MEF 2020-2024 yang diintegrasikan ke dalam Network Centric Warfare merupakan sistem pertahanan negara yang jauh lebih efektif dan efisien. ”Rencana pemenuhan alutsista TNI lima tahun mendatang patut disambut baik mengingat organisasi TNI yang baru telah disahkan melalui Perpres Nomor 66 Tahun 2019,” ujarnya.
Di sisi lain, mantan anggota Komisi I DPR ini memandang, penggelaran kekuatan TNI di Indonesia bagian timur menjadi perhatian pemerintah dengan konsentrasi penyelesaian separatisme Papua. Kondisi keamanan di Papua juga dapat dinilai sebagai tolok ukur keberhasilan TNI di dalam melaksanakan operasi militer selain perang (OMSP) sebagaimana dimuat dalam UU TNI dan RUU Perbantuan TNI.
”Dari data-data intelijen beberapa tahun terakhir, maka TNI diharapkan lebih aktif lagi di dalam mewujudkan stabilitas keamanan regional. TNI harus menunjukkan leadership di antara militer negara-negara anggota ASEAN. TNI dapat menyusun program aksi keamanan regional sesuai dengan ASEAN Political-Security Community yang telah dicanangkan sejak 2015,” katanya.
Nuning menambahkan, kawasan perairan Laut Sulu yang berada di antara Indonesia-Filipina-Malaysia dapat menjadi fokus TNI di dalam menunjukkan leadership di ASEAN. ”Dengan mewujudkan ketahanan regional, maka otomatis TNI juga dapat mewujudkan ketahanan nasional,” katanya.
Bukan hanya itu, perkembangan teknologi militer seiring dengan Revolusi Industri 4.0. menuntut Kemhan dan Mabes TNI untuk lebih berinovasi menciptakan taktik peperangan dan strategi tempur yang lebih baik dan sesuai dengan alutsista yang dimiliki. ”Doktrin pertahanan negara dan doktrin TNI harus dikembangkan lagi sehingga TNI mampu menjalankan tugas yang diemban dengan lebih optimal,” katanya.
SUMBER : iNews
No comments:
Post a Comment