WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG....."

28 December 2019

Visit Program | Koolendong Exercise | @Last Post


Exercise Koolendong adalah Latihan bersama antar Australia Army dan US Marine Rotational Force-Darwin dan merupakan salah satu program dari Australia-US Force Posture Initiative dalam kerangka kerjasama Bilateral antara Amerika Serikat dan Australia guna meningkatkan pelibatan dan peran serta kedua Negara di kawasan Asia Pasifik. Exercise Koolendong sejatinya adalah sebuah latihan satuan Infanteri USMC bagi Marine Rotational Force-Darwin yang diselenggarakan setiap tahunnya di area hatihan lapangan Bradshaw (The Bradshaw Field Training Area) yang berlokasi di wilayah teritorial utara Australia. Execise Koolendong melibatkan personel dari kesatuan Marine Rotational Force-Darwin, Divisi ke-4 Marinir Okinawa Jepang, Baterai Artileri Medan Australia serta melibatkan unit dari Angkatan Bersenjata Prancis New Caledonia. Keikutsertaan pasukan tersebut didalam kegiatan Exercise Koolendong adalah untuk meningkatkan interoperability dan kerjasama diantara peserta latihan dari ketiga Negara.

27 December 2019

LOW-LIGHT TEST RANPUR TERBARU USMC | AMPHIBIOUS COMBAT VEHICLE (ACV)


Korps Marinir Amerika Serikat mengadakan serangkain beberapa test kemampuan beropeasi di malam hari terhadap kendaraan tempur amfibi terbaru mereka ACV (Amphibious Combat Vehicle), bertempat di Amphibious Vehicle Test Branch, Markas Korps Marinir, Pendleton, California. Menurut rilis berita baru-baru ini, pihak Marinir AS melalui bagian pengujian kendaraan tempur amfibi melakukan uji fungsi operasional Ranpur pada kondisi peralihatan penglihatan terbatas dari siang ke malam hari yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik para prajurit dapat berinteraksi dengan kendaraan dan beroperasi di malam hari. 
Amphibious Combat Vehicle (ACV) adalah jenis Ranpur pengangkut personel/Armoured Personnel Carrier (APC) lapis baja beroda delapan yang dirancang  sepenuhnya menggantikan armada Ranpur angkut personel AAV (Amphibious Assault Vehicle). Ranpur  baru ini didisain menggunakan platform modern dengan beberapa peningkatan kemampuan seperti lethality, survivability, dan protected mobility bagi prajurit USMC yang kesemuanya itu dirancang  sepenuhnya menggantikan armada AAV untuk selama dekade berikutnya. Korps Marinir AS mulai menerima pengiriman ACV awal musim panas ini dan pada Juni 2018 USMC melaksanakan kontrak pemesanan kepada BAE Systems untuk memulai produksi awal beberapa Ranpur. Sejak saat itu, bagian program Advanced Amphibious Assault terus melakukan serangkaian test dan berbagai uji mengarung di laut dan uji kemampuan  lainnya. Direncanakan ACV ini akan memeperkuat jajaran Korps Marinir AS hingga minimal untuk selama 20 tahun ke depan.

25 December 2019

KORPS MARINIR UJI FUNGSI SEA READER RBB YE BOAT


Korps Marinir melaksanakan Uji Fungsi Empat Sea Reader Rigid Bouyancy Boat (RBB) Merk Ye Boat bertempat di Pantai Mutiara Jakarta Utara, Senin (23/12/2019). Kegiatan yang dipimpin oleh Asrena Dankormar Kolonel Marinir Asril Tanjung, dan dihadiri oleh Asintel Dankormar Kolonel Marinir Bambang Wahyuono, Dandenjaka Kolonel Marinir Nanang Saefulloh, Tim dari Kemhan RI, serta tim dari PT. Balakosa Balin Indonesia (BBI) Shipyard, adalah merupakan salah satu prosedur yang harus dilakukan dan tahapan yang harus dilalui sebelum material tersebut diserah terimakan dari penyedia barang PT. BBI kepada end user dalam hal ini Korps Marinir.

RBB Ye Boat merupakan Sea Reader Produksi Dalam Negeri (PDN) dan karya anak bangsa dibawah naungan PT. Balakosa Balin Indonesia Shipyard. Sea Reader RBB Ye Boat adalah sejenis kapal yang ringan namun berkinerja tinggi dan berkapasitas tinggi yang merupakan pengembangan dari Rigit Infltable Boat (RIP) dengan pemutakhiran komponen-komponen keselamatan sera pemutakhiran performa dari produk RIB yang rentan terhadap kebocororan inflatble tube, tingginya resistensi  lambung RIP, terbatasnya kecepatan, kurangnya kestabilan dan sulitnya perawatan dan pemeliharaan serta pembersihan tanki bahan bakar. Berdasarkan konsep perahu karet Rigid-hulled (RHIB), kapal ini memiliki tabung/spons yang diproduksi dari bahan padat seperti polietilen atau aluminium yang telah dicetak dan karenanya jauh lebih kuat dari bahan dan material yang biasa digunakan pada RIP umumnya. Dengan panjang 12 meter serta daya angkut beban seberat 3.000 kg Rea Reader ini mampu melaju dengan kecepatan 35-40 knot per jam.

Adapun Materi Uji Fungsi Sea Reader RBB Ye Boat yaitu Harbour Test yang meliputi pengujian kekedapan tangki-tangki, pengujian sistem listrik, pengujian fungsi pipa dan pompa bilga, pengujian fungsi mesin outboard tanpa beban, dan diakhiri dengan pengujian navigasi dan komunikasi. Sedangkan Materi Sea Trial meliputi pengujian kecepatan kapal dalam beberapa putaran mesin (Speed trials), uji olah gerak (steering & maneuverability trials), uji berputar (turning trial), uji maju dan mundur (stopping test a head & a stern trials), uji ketahan mesin (endurance trials) dan uji fungsi peralatan navigasi dan komunikasi.

Secara umum kegiatan berlangsung dengan lancar dan aman serta semua modul test yang sudah ditetapkan dapat dilalui dan semua instrumen pada Sea Reader bekerja dan berfungsi dengan baik. Dengan uji fungsi Sea Reader RBB Ye Boat ini diharapkan mampu memberikan hasil secara maksimal guna mendukung Tugas Pokok serta tugas-tugas operasi dan latihan Korps Marinir dimasa mendatang.

24 December 2019

Penguasaan Teknologi Jadi Kebutuhan Pertahanan Masa Depan

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono mengingatkan pentingnya Indonesia menguasai teknologi pertahanan sebagai sebuah kebutuhan pertahanan di masa depan agar menjadi bangsa yang mandiri. “Saya melihat periode 2020-2024 adalah periode pemerintahan yang penting untuk menentukan arah pembangunan jangka panjang kekuatan pertahanan Indonesia 25 tahun mendatang, terutama dalam soal menguasai teknologi yang menjadi kebutuhan pertahanan di masa depan,” kata Wamenhan saat memberikan Keynote Speech di Round Table Discussion yang diselenggarakan Universitas Pertahanan dengan tema ”Prioritas Akuisisi Alutsista Strategis TNI 2020-2045″, Kamis, 19-12-2019, dirilis Kemhan RI. Wamenhan lebih lanjut mengakan bahwa perang di masa datang akan didominasi oleh kekuatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan konsep seperti Network Centric Warfare (NCW) dan kemampuan peperangan siber (Cyber Warfare) pada platform persenjataan. Perpaduan antara teknologi dan konsep operasi perang yang inovatif inilah sesungguhnya merupakan pengertian paling mendasar dari apa yang kemudian disebut sebagai Revolution in Military Affairs (RMA), yang bertumpu pada kecanggihan teknologi. Perang ke depan itu, memiliki banyak aset, seperti pesawat tempur ataupun peluru kendali (missile) tidak dengan sendirinya menjamin suatu negara memiliki kekuatan daya tangkal (deterrent power), tanpa diimbangi kemampuan mengeksploitasi konsep-konsep perang yang inovatif dan kreatif,” katanya. Diingatkannya, penyelenggaraan pertahanan negara menuntut human capital yang unggul, gagasan-gagasan cerdas yang kreatif dan inovatif, sekaligus peralatan yang modern yang secara keseluruhan memerlukan keterpaduan dukungan ekonomi negara yang kuat, industri pertahanan dalam negeri yang kuat dengan didukung oleh kemampuan penelitian dan pengembangan (R&D) dalam negeri yang mumpuni. 
Network Centric Warfare harus didukung oleh sistem yang memadukan teknologi sensor dan teknologi/manajemen informasi-komunikasi yang “robust” untuk mampu menangkap dan melakukan “Big Data analysis” yang diperlukan dalam domain ISTAR (Intelligence, Surveillance, Target Acquisition, Reconnaissance) guna mengungkap begitu massive-nya informasi strategis yang dimiliki oleh musuh atau bakal lawan, yang kemudian diperlukan dalam pengambilan keputusan selanjutnya. Secara keseluruhan Network Centric Warfare ini menjadi semacam “Internet of Things” dari medan operasi perang yang mengandalkan teknologi/sistem manajemen informasi/komunikasi dan sensor-sensor guna meningkatkan “situational awareness”. “Big Data Analysis” dalam sistem Network Centric Warfare diperlukan untuk memperoleh gambaran lengkap dan akurat guna memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. “Konsep Network Centric Warfare menuntut cara berpikir baru yang koheren pada semua level operasi militer, dari taktis sampai strategis, dimana teknologi menjadi core-nya. Karena itu saya mendorong semua ekosistem di industri pertahanan nasional untuk tanggap terhadap perubahan lingkungan strategis yang tengah terjadi, dan mulai berinvestasi untuk mengembangkan teknologi pertahanan yang mumpuni agar kita menjadi bangsa mandiri dan berdirikari,” tutupnya.
SUMBER : JakartaGreater

15 December 2019

Peluang dan Tantangan Korps Marinir di Era Revolusi Industri 4.0

REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Pengertian.
Revolusi Industri 4.0 dapat diartikan sebagai era revolusi industri di mana seluruh entitas yang ada di dalamnya dapat saling berkomunikasi secara real time kapan saja dengan berlandaskan pemanfaatan teknologi internet dan CPS (Cyber-Physic Systems) guna mencapai tujuan tercapainya kreasi nilai baru ataupun optimasi nilai yang sudah ada dari setiap proses di industri. Studi menyebutkan istilah revolusi industri 4.0 pertama kali muncul pada 2012, ketika pemerintah Jerman memperkenalkan strategi pemanfaatan teknologi yang disebut dengan Industrie 4.0. dan merupakan salah satu pelaksanaan proyek Strategi Teknologi Modern Jerman 2020 (Germany’s High-Tech Strategy 2020). Strategi tersebut diimplementasikan melalui peningkatan teknologi sektor manufaktur, penciptaan kerangka kebijakan strategis yang konsisten serta penetapan prioritas tertentu dalam menghadapi kompetisi global. Dari hal tersebut, kemudian muncul istilah industrial revolution 4.0. Kata ‘revolusi’ digunakan untuk menunjukkan perubahan yang sangat cepat dan fundamental serta bersifat disruptive (merubah tatatan lama yang sudah ada selama bertahun-tahun).
Revolusi industri generasi ke-4 ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat dan masif. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan cepat telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang   dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia, di mana konektivitas untuk memperoleh dan mengolah data, otomatis perangkat jaringan, IoT (internet of things), big data analytics, komputasi awan (cloud computing) dan keamanan cyber merupakan komponen utama dalam industri 4.0. Terkait dengan sebuah sistem, revolusi industri 4.0 merupakan pemanfaat sistem cerdas seperti IoT device dan penerapan algoritma untuk memonitoring dan membuat keputusan keseluruhan proses dari suatu sistem yang ada. Jadi dengan kata lain Industri 4.0 berhubungan erat dengan sistem otomasi dari keseluruhan sistem yang ada.