WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG....."

30 September 2018

PERANG PROXY DARI PERSPEKTIF IDIOLOGI, POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDYA DAN HANKAM


Sifat dan karakteristik perang telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi. Kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara dewasa ini semakin kecil, karena perang sudah tidak kaku lagi, tidak mengenal front, tidak mengenal daerah depan maupun daerah belakang serta jarang mengenal kampanye militer dalam bentuk pergerakan pasukan secara besar­- besaran. Proses perang yang sangat dominan justru adalah proses politis dan ekonomis daripada proses militer, sehingga menciptakan berbagai jenis bentuk perang, termasuk perang proksi. Hal ini mengingat bahwa perang proksi tidak harus dilakukan dengan menggunakan kekuatan militer. Segala cara lain bisa digunakan untuk melemahkan atau menaklukkan lawan bukan hanya ditentukan oleh kekuatan militernya, tetapi juga ada aspek ideologi, politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Aspek-aspek inilah yang bisa dieksploitasi atau dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan khususnya negara asing untuk melemahkan negara sasaran.

Saat ini ancaman perang proksi tengah membayangi Indonesia secara lebih luas di berbagai aspek. Proxy war telah berlangsung di Indonesia dalam bermacam bentuk, menyerbu seluruh lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kasus dan permasalahan di Indonesia belakangan ini yang tidak terlepas dari campur tangan bangsa lain yang tidak ingin melihat Indonesia mandiri karena memiliki kepentingan terhadap kekayaan Indonesia ataupun dari pihak-pihak lain yang juga memiliki kepentingan untuk menguasai Indonesia. Di samping itu, dapat dilihat dari masih eksisnya gerakan separatis, terorisme, radikalisme, demonstrasi massa, sistem regulasi yang merugikan, maupun bentrok antar kelompok dan golongan. Perang proksi yang terjadi di Indonesia bisa menghasilkan dampak yang sangat besar dan merusak, mulai dari kehancuran kehidupan lingkungan masyarakat, hancurnya kehidupan nasional di segala aspek, sampai dengan terancamnya kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

a. Aspek Ideologi. Proxy war dalam aspek ideologi dapat dilakukan melalui penanaman pengaruh ideologi liberalis, kapitalis dan radikalis terhadap masyarakat Indonesia untuk mendukung kepentingan negara-negara / kelompok-kelompok tertentu. Adanya globalisasi ideologi, baik yang berupa beragam pemahaman keagamaan dari Timur Tengah maupun Barat, serta promosi dan advokasi gencar ideologi liberal dari barat akan memperkeruh kondisi sosial budaya bangsa yang memang rapuh dalam karakter dan jatidiri. Dalam hal ini sasaran perang proksinya adalah mematikan kesadaran suatu bangsa dengan cara menghilangkan identitas atau ideologi atau keyakinan suatu bangsa untuk menghancurkan negara tersebut guna kepentingan khususnya negara-negara besar penganut paham neoliberal. Dalam hal ini, ideologi neoliberalisme diperkirakan akan semakin intensif menanamkan pengaruhnya di tengah implementasi Pancasila di kalangan masyarakat yang lemah, sehingga berpengaruh terhadap munculnya persaingan di berbagai kehidupan nasional yang dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Aspek Politik. Proxy war dalam aspek politik dapat dilakukan dengan mengarah pada kebijakan atau regulasi negara yang menguntungkan kepentingan asing. Strategi yang dilakukannya dengan menguasai lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sehingga dapat membuat produk hukum yang menguntungkan iklim investasi negara musuh dalam rangka mengeksploitasi sumber dayanya. Disamping itu, dapat dilakukan dengan membangun strategi global dalam rangka menjadikan negara sasaran sebagai bagian dari suatu komunitas internasional yang harus mematuhi aturan-aturan internasional. Proxy war aspek politik ini mudah terjadi di Indonesia karena kondisi politik nasional masih diwarnai berbagai kerawanan seperti konflik antar dan internal Parpol, pemaksaan kehendak, serta banyak ditunggangi kepentingan pribadi. Hal tersebut akan membawa dampak dan berpengaruh pada pembuatan regulasi dan kebijakan yang cenderung dipaksakan dan ditunggangi kepentingan pribadi sehingga mudah dimanfaatkan oleh pihak asing.

c. Aspek Ekonomi. Proxy war dalam aspek ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai upaya untuk memenuhi kepentingan ekonomi khususnya negara asing yang ingin menguasai sumber daya alam dengan memanfaatkan pihak – pihak tertentu menggunakan strategi yang sistematis. Rasa keadilan, kekeluargaan dan kemasyarakatan dalam prinsif ekonomi nasional menjadi sirna oleh kepentingan tertentu. Sementara itu, sistem ekonomi yang dijalankan kurang berpihak kepada kepentingan rakyat dan lebih berpihak pada kepentingan asing yang telah menguasai para pengambil kebijakan. Hal ini menyebabkan ketidakmerataan pembangunan ekonomi yang terus terjadi terutama diakibatkan oleh persaingan individu / kelompok dalam memperoleh kebutuhan dengan mengeksploitasi Sumber daya nasional yang ada.

d. Aspek Sosial Budaya. Proxy war dalam aspek sosial budaya dapat dilakukan dengan merusak nilai-nilai sosial dan moralitas masyarakat untuk kepentingan pihak-pihak / negara tertentu. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pihak-pihak yang melakukan politik adu domba, meningkatkan fanatisme agama, suku, ras maupun antar kelompok sebagai alat menghancurkan dari dalam, serta memanfaatkan kerusakan sosial budaya masyarakat. Munculnya masyarakat yang hedonis, pornografi, narkoba, mental korup, hipokrit, konsumtive, egois, saling curiga, serta bangga dengan produk dan budaya asing akan memudahkan pihak-pihak asing / tertentu yang ingin menghancurkan bangsa Indonesia. Hal ini diperparah dengan pemanfaatan fenomena internet, media sosial, hingga program-program berbasis Android untuk mengubah secara mendasar kehidupan sosial masyarakat.

e. Aspek Pertahanan dan keamanan. Proxy war dalam aspek pertahanan dan kemanan dapat dilakukan dengan memanfaatkan gerakan separatisme, terorisme dan radikalisme di berbagai elemen masyarakat yang dibiayai / didukung oleh pihak-pihak / negara asing. Semua gerakan dan sikap yang menyimpang tersebut bertujuan memuluskan kepentingan asing di Indonesia yang telah dirancang sedemikian rupa oleh negara asing, sehingga investasi negara asing berlangsung mulus dalam sekala luas. Di samping itu, negara asing juga dapat mengontrol perkembangan Iptek dan industri militer sekaligus bisa mengontrol Alutsista TNI. Selain itu, masih kuatnya intervensi negara asing yang langsung atau tidak langsung mengancam keutuhan NKRI dengan mengangkat issu demokratisasi dan HAM.

Proxy War adalah sebuah kronfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konflik langsung yang beresiko pada kehancuran fatal. Biasanya pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang juga bisa non state actors yang dapat berupa LSM, Ormas, kelompok masyarakat atau perorangan. Singkatnya Proxy War merupakan kepanjangan tangan dari suatu negara yang berupaya mendapatkan kepentingan strategisnya namun menghindari keterlibatan langsung suatu perang yang mahal dan menimbulkan korban yang besar.Melaui perang proksi ini tidak dapat dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh mengendalikan non state actors dari jauh. Negara musuh akan membiayai semua kebutuhan yang diperlukan oleh non state actors dengan imbalan mereka mau melakukan segala sesuatu yang diinginkan penyandang dana untuk memecah belah kekuatan musuh.

Terdapat beberapa kasus di Indonesia yang membuktikan adanya hubungan yang tegas antara peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan dengan kepentingan-kepentingan kelompok asing / negara-negara tertentu. Di bidang ideologi terlihat dari adanya penguatan faham kapitalis dan radikalis oleh pihak-pihak luar yang dipaksakan pada masyarakat Indonesia. Di bidang politik masih banyak kebijakan yang pro kepentingan asing dengan alasan kebebasan, demokratisasi dan HAM. Di bidang ekonomi banyaknya monopoli keuangan asing dan pasar bebas yang melumpuhkan sistem perekonomian masyarakat. Di bidang sosial budaya terlihat bagaimana banyaknya pihak-pihak asing yang menjadikan masyarakat Indonesia sebagai pasar narkoba, arena propaganda dan sarana adu domba yang menghancurkan kehidupan sosial bangsa. Sedangkan dalam aspek pertahanan dan keamanan terlihat bagaimana masih eksisnya gerakan separatis, teroris dan radikalis yang dibiayai / didukung oleh negara asing. Besarnya ancaman proxy war yang dihadapi Indonesia dari negara-negara lain saat ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, apalagi tata dunia global sudah diatur sedemikian rupa sehingga hanya menguntungkan negara tertentu dengan sekutunya secara sepihak.

No comments:

Post a Comment