WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG .....WELCOME TO MY BLOG....."

18 April 2016

TORCH Operation Pada "D" Day Overlord Operation

Senantiasa tercatat dalam sejarah kaleidoskop battlefield dan tidak dapat dipungkiri bahwa "D" Day Overlord Operation pada 6 Juni 1944 di Normandia merupakan pendaratan amfibi terbesar yang pernah ada. "D" Day Overlord Operation adalah simbol kedikdayaan Amerika dalam memimpin sekutu pada kancah perang dunia kedua (World War-II). Namun dibalik cerita keberhasilan "D" Day Overlord Operation secara keseluruhan, ada sebuah pertempuran yang kalau boleh dikatakan merupakan sejarah kelam yang sulit dilupakan militer Amerika dan tidak pernah menjadi tema drama pertempuran pada pentas perfilman Hollywood.Pertempuran tersebut adalah Operation TORCH pada 8 November 1942 di Afrika Utara dengan tujuan strategis untuk menjepit posisi Afrikan Korps pimpinan Field Marschall Erwin Rommel (Jerman) yang sedang menghadapi gempuran gencar Pasukan inggris Jendral Montgomery yang “Digdaya” baik secara Jumlah maupun perlengkapan. Secara hitungan kalkulasi tempur diatas kerta, pasukan Montgomery bisa dengan mudah mengalahkan sisa-sisa kekuatan Pasukan Erwin Rommel yang sudah sangat kelelahan melewati pertempuran demi pertempuran tanpa pasokan Supply dan Reinforcement yang memadai namun moral pasukan Montgomery amattlah rendah.

Militer Amerika saat itu merasa sangat percaya diri dengan keberhasilan pendaratan amfibi terbesar di Maroko, Aljazair dan Tunisia, padahal pasukan Jerman yang mereka hadapi saat pendaratan bukanlah pasukan inti wehrmact melainkan pasukan vichy prancis yang walau pun dilengkapi dengan 125.000 pasukan, 210 Tank, 500 Pesawat Tempur , 10 Kapal Battleship dan 11 Kapal Selam namun pasukan ini pada kenyataanya bertempur setengah hati.
Kemajuan pasukan sekutu pun amat cepat seolah tidak ada yang bisa menghalangi. Hal ini Ramai diberitakan Media-Media Barat sebagai kemenangan Militer Amerika. namun tanpa sadar mereka telah masuk jebakan skenario “sang rubah gurun” Rommel yang memang sudah mencium operasi besar ini jauh-jauh hari sebelumnya. Dengan instuisi dan bakat yang luarbiasa serta kecerdikan militer luarbiasa jenius, Field marschall Erwin Rommel mampu memanfaatkan dan mengefektifkan sumberdaya yang tersisa untuk membalikan keadaan.
Keterbatasan pasukan Rommel tidak memungkinkan untuk meladeni pendaratan amfibi Amerika di Tunisia dan Aljazair, namun dengan cerdik ia mengkonsentrasikan serangan pada titik persimpangan strategis. Rommel memutuskan untuk memotong pergerakan pasukan sekutu di Kasserine Pass dengan menyebar meriam 88mm dan sisa-sisa Tank yang ada dari 5th Panzer Army.
Memanfaatkan higher ground dan posisi cross fire yang Brilliant, begitu serangan dimulai Rommel berhasil menciptakan kebingungan, miskomunikasi, prasaan inferior pasukan Amerika yang seolah-olah mereka ditembaki dari berbagai penjuru dan tidak sedikit pula korban jatuh di pihak pasukan Amerika akibat Friendly Fire atau tembakan sesama kawan (salah lirik)
Lesson learn yang bisa kita ambil hikmahnya dari peristiwa tersebut, bahwa Pasukan Militer seringkali dijangkiti oleh victory decease yaitu merasa digdaya karena telah memperoleh beberapa kemenangan sehingga cenderung meremehkan lawan
Pasukan Amerika yang berada di bawah dukungan penuh dari matra darat, laut dan udara yang sangat kuat namun lemah dalam moral dan organisasi tempur, kalah oleh pasukan Jerman yang sedikit namun kuat dalam moral, organisasi tempur dan kenyang pengalaman. dalam 10 hari pertempuran yang melelahkan, pasukan Amerika dipaksa mundur 80km, kehilangan 183 tank tercanggih mereka, dan 7.000 orang korban termasuk 3.000 orang yang hilang. inilah kali pertama mereka merasakan kemampuan sesungguhnya dari Afrika korps (yang sudah sangat pincang karena serba kekurangan).
Disinilah pasukan jendral US Army Omar Bradley mendapat pelajaran berharga dari sang maestro strategi, sampai-sampai menjelang kematian beliau tahun 1981 jend. Omar Bradley masih belum bisa melupakan moment tersebut
“it pains me to reflect on that disaster. It was probably the worst performance of U.S. Army troops in their whole proud history.”
Operation TORCH menjadi bahan pelajaran yang sangat berharga bagi Eisenhower dalam mempersiapkan D-Day Normandy. juga menjadi dasar strategi jenderal jepang di Iwo Jima.
Beberapa saat setelah itu, General Field Marschall Erwin Rommel ditarik untuk mempertahankan Prancis, ia lalu membangun pertahanan yang terkenal dengan sebutan Atlantic Wall. namun sayang, Beliau dicurigai terlibat dalam usaha pembunuhan Hitler di Command Bunker Wolf’s Lair (dikenal dengan operation Valkyrie. Awalnya Kekuasaan Rommel dikebiri, lalu dipanggil pulang dan diberi pilihan yaitu ditembak mati atau minum racun.
Rommel yang Prajurit Professional memilih minum racun demi melindungi keluarganya dan ironisnya ia diberikan Kehormatan Pemakaman Militer Besar sebagai Pahlawan di Jerman. Bahkan militer Inggris pun turut mengheningkan cipta menghormati kepergian Rommel untuk membangkitkan Moral Pasukan yang akan berangkat ke garis depan Normand.

No comments:

Post a Comment