Pengamat hukum internasional dari Universitas Nusa Cendana Kupang DW Tadeus SH.MHum mengatakan Amerika Serikat memiliki kepentingan yang besar atas minyak di Laut Timor, sehingga memandang penting untuk membangun pangkalan militernya di Darwin, Australia Utara.
"Selain untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan di kawasan ASEAN, Amerika Serikat juga berkepentingan atas cadangan minyak di Laut Timor untuk kebutuhan dunia di masa datang setelah masih gagal menaklukkan negara-negara minyak di kawasan Timur Tengah," kata Tadeus.
Tadeus yang tengah menyelesaikan studi doktornya di Universitas Padjajaran Bandung mengemukakan pandangannya tersebut terkait rencana AS untuk membangung pangkalan militer di Darwin, Australia Utara pada 2012.
"Selain untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan di kawasan ASEAN, Amerika Serikat juga berkepentingan atas cadangan minyak di Laut Timor untuk kebutuhan dunia di masa datang setelah masih gagal menaklukkan negara-negara minyak di kawasan Timur Tengah," kata Tadeus.
Tadeus yang tengah menyelesaikan studi doktornya di Universitas Padjajaran Bandung mengemukakan pandangannya tersebut terkait rencana AS untuk membangung pangkalan militer di Darwin, Australia Utara pada 2012.
Presiden AS Barack Obama sebelum bertolak ke Bali untuk menghadiri KTT ASEAN ke-19, sudah memaparkan rencana Washington memperkuat kehadiran militer AS di Australia Utara untuk menjaga konstelasi stabilitas di Asia Pasifik sekaligus dapat diberdayakan untuk operasi kemanusiaan dan bantuan keamanan.
Dalam pertemuannya dengan PM Australia Julia Gillard di Canberra, Kamis (17/11), Australia sudah bersedia menjadi pangkalan bagi 2.500 pasukan Marinir AS, yang akan dikirim secara bertahap mulai tahun 2012 ke Darwin, wilayah sebelah utara Australia yang dekat dengan perbatasan maritim di sebelah tenggara Indonesia.
Mayor Jenderal Angkatan Udara AS Michael Keltz seperti dikutip stasiun berita CNN, 16 November 2011, mengatakan Presiden Obama tidak hanya menempatkan pasukan Marinir AS di Australia Utara, tetapi juga telah menyiagakan armada pesawat tempur tercanggih F-22 Raptor dan pesawat transport C-17, untuk mengantisipasi gangguan keamanan bagi kepentingan AS di Asia Pasifik.
Dalam pertemuannya dengan parlemen Australia, Obama menyatakan bahwa AS kini telah mengalihkan fokus keamanannya dari Irak dan Afganistan, dengan menempatkan pasukan ke luar negeri yang diarahkan ke Asia Pasifik, terutama Asia Tenggara.
"Saat kami telah mengakhiri perang (di Irak dan Afganistan), saya telah mengarahkan tim keamanan nasional saya untuk menjadikan keberadaan dan misi kami di Asia Pasifik sebagai prioritas utama," kata Obama seperti dikutip Reuters, saat menjabarkan visi AS bagi kawasan Asia Pasifik.
Selama ini para marinir AS telah ditempatkan di pangkalan AS di Pulau Okinawa, Jepang dan di Guam, sekitar 2.000 kilometer sebelah utara Papua Nugini.
DW Tadeus menduga kuat penempatan pasukan marinir AS secara permanen di Australia Utara itu sebagai upaya untuk meningkatkan aliansi AS-Australia dalam menghadapi kebangkitan China, selain kepentingan minyak di Laut Timor dan menjaga stabilitas keamanan dan politik di kawasan Asia Tenggara.
Pemerhati masalah Laut Timor Ferdi Tanoni yang dihubungi secara terpisah juga menyatakan sependapat dengan DW Tadeus bahwa pembangunan pangkalan militer AS di Australia Utara itu tidak hanya bertujuan politis, tetapi juga ekonomi dengan prioritas utama minyak di Laut Timor.
Tanoni yang juga mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu menambahkan pembangunan pangkalan militer AS di Darwin itu, karena sebagian politisi dan rakyat Australia masih menganggap bahwa Indonesia merupakan ancaman bagi negeri Kanguru tersebut sehingga meminta AS untuk membangun pangkalan militernya di sebelah tenggara Indonesia itu.
Di Australia saat ini, tambah Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) itu, sudah dibangun sebuah satelit yang maha besar untuk memantau semua pergerakan di Asia Tenggara yang disebut "PINE GAP".
Penulis buku "Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra-Jakarta" itu menambahkan setelah terjadi reformasi di Filipina, pangkalan AS di Subic dipindahkan ke Kota Catherine Australia Utara sekitar 100 mil dari Darwin.
"Apakah rencana pembangunan pangkalan militer AS di Australia Utara itu di kota yang sama (Catherine), saya juga belum tahu. Tetapi intinya bahwa secara konservatif Australia berpandangan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara agresor dengan penduduk 10 kali lipat dari Australia sehingga patut untuk diwaspadai," katanya.
Menurut Tanoni, pandangan tersebut sebenarnya keliru besar karena Indonesia sudah jauh lebih maju dan demokratis yang diakui pula oleh AS sendiri.
Menurut The Sydney Morning Herald, Obama dan Gillard bersepakat menggunakan Robertson Barracks, pangkalan Australia yang telah lama ada di Darwin. Pangkalan itu selama ini menampung sekitar 4.500 tentara Australia. Pangkalan tersebut kemungkinan akan diperluas guna menampung para marinir AS.
No comments:
Post a Comment